Langsung ke konten utama

Postingan

🍂 Kamu Tipe SECURE atau INSECURE? 🍂

Bagaimana mungkin kamu berharap orang lain dapat mencintaimu bila kamu tidak mampu mencintai dirimu sendiri? Bagaimana pula kamu dapat mencintai dirimu sendiri bila semasa kecil kamu tidak mendapat kasih sayang yang cukup dari orang tuamu? 🍂 Kawan, hal ini ibarat LINGKARAN SETAN. Jika kita merasa secure dengan kasih sayang orang tua saat kecil, maka nantinya kita juga akan merasa secure dengan lawan jenis yang menjadi pasangan kita.  Sebaliknya, jika kita merasa insecure dengan kasih sayang orang tua saat kecil, maka nantinya kita akan merasa insecure pula dengan pasangan. 🍂  Setiap orang dewasa yang berada dalam sebuah hubungan setidaknya memiliki 1 dari 3 tipe kelekatan berikut: 1. SECURE Orang yang mampu memiliki hubungan yang hangat, intim, dan sehat dengan pasangannya.  2. ANXIOUS Orang yang mudah khawatir dengan hubungannya. Ia suka merasa dirinya kurang bagi pasangannya. Ia pun selalu mempertanyakan apakah pasangannya mencintainya.   Kecemasan ini tak jarang akan m
Postingan terbaru

Tips Mempengaruhi Suami

Karena saluran air PDAM di lingkungan rumahku termasuk kecil dan "sharing" dengan para tetangga, maka debit air di rumah kami sepanjang hari cenderung kecil. Apalagi di waktu banyak orang beraktivitas di dapur, seperti pukul 6 pagi sebelum berangkat bekerja dan 6 sore sesudah kembali tiba di rumah. Nah, ketika kami memutuskan untuk membeli mesin cuci pakaian yang mengisap air otomatis dari keran, ini sempat jadi masalah. Soalnya, debit air selalu kurang besar untuk mengoperasikan mesin cuci. Akhirnya kami menemukan waktu yang tepat untuk mencuci baju--ketika air bisa mengalir dengan deras--yaitu antara pukul 11 malam sampai 5 pagi. 🍓🍓🍓 Berhubung pak suami sayang banget sama mesin cuci barunya, beliau mengambil alih tugas mencuci baju. Aku senang, dong. Ngga perlu bangun tengah malam untuk menghidupkan mesin cuci. Sayangnya, konsep bangun tengah malam kami ini berbeda. Aku berharap, pak suami tidur lebih cepat, lalu bangun pukul 3 malam, misalnya. Jadi 'kan hab

Menolak Rezeki

Setiap menganalisa tanda tangan orang untuk mengetahui luka batinnya, biasanya aku juga semakin banyak dapat insight mengenai diri sendiri.  Sifat suka menahan diri atau reserved personality yang dulunya kupikir mulia sekali, ternyata merupakan sebuah mental block .  Di kala saudara-saudaraku asyik berebut mainan, akunya mengalah, memilih cukup dengan apa yang ada di hadapanku. Harus bersyukur sama apa yang ada ... Pikirku menghibur diri. Di kala teman-temanku asyik bergaya dan berfoto ria pakai kamera ponsel, aku yang sebenarnya mau ikutan, tapi malu untuk itu, memilih untuk duduk mematung saja di bangku kelas. Ah, engga deh, norak, nanti Allah gak suka ... Belaku. Di kala atasanku suka dengan kinerjaku dan mau mengangkat jabatanku, aku menolak, merasa diri tidak layak. No, I'm fine with this. Such a burden! Berikan aja ke orang lain yang lebih layak .... Di kala orang tuaku mau memberikan rezeki dalam jumlah besar, kembali aku menolak. Enggak, aku dan suami akan berjuang sendir

Mengurus KTP Hilang

Mengurus aneka administrasi di dinas pemerintah daerah adalah ketakutanku, dulu. Bermula dari beberapa pengalaman membuat paspor, SIM, surat izin penelitian, kartu kuning, surat keterangan sehat, dan lain-lain yang tidak bisa dituntaskan dalam satu jam atau kurang. Ada yang menghabiskan waktu seharian penuh, ada yang harus kembali lagi keesokan harinya, yang paling parah adalah ketika aku cuma di tahap meminta tanda tangan dari kepala dinas pendidikan di salah satu kota untuk memberikan izin penelitian di beberapa SD negeri di sana, aku harus bolak-balik lebih dari sepekan sampai akhirnya tanda tangan itu kuterima.  Allahu akbar! Kalau bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah? Wajar dong mereka bekerja dengan santai, 'kan tidak ada pesaingnya. Coba aja kalau sampai muncul lembaga swasta yang bisa mengurus ini dengan lebih cepat dan lebih baik, pasti kelabakan mereka! Itulah uneg-uneg yang biasa kugunjingkan dengan siapapun yang saat itu sedang menemaniku mengurus administrasi. Sem

Berburu Kelas Belajar Daring selama Pandemi

Sebagaimana yang kita tahu, pandemi membawa banyak perubahan terhadap gaya hidup masyarakat saat ini, bukan? Mulai dari perilaku sosial yang tadinya gemar berkumpul, kini harus menjaga jarak, kepedulian yang meningkat terhadap kebersihan dan kesehatan, sampai sistem kerja dan sistem belajar yang sebelumnya tatap muka menjadi serba digital. Digitalisasi sistem belajar ini salah satunya memunculkan banyak pelatihan atau kelas belajar secara daring yang mudah diakses oleh siapa pun dan di mana pun ia berada. Aku menjadi salah seorang penikmat fasilitas ini semasa pandemi. Sejak resign dari pekerjaan sebagai dosen dua tahun yang lalu, aku memutuskan bahwa itulah waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi terpendam yang kumiliki. Karena selama bertahun-tahun sebelumnya aku tidak punya waktu luang untuk meningkatkan keterampilanku, maka kumanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku tuliskan hal-hal yang ingin kupelajari lebih dalam seperti keterampilan dalam bidang kepenulisan, perencana

Belajar Melihat Kebaikan Suami (2)

Sejak membiasakan diri menulis jurnal syukur dan melakukan terapi luka batin secara rutin, alhamdulilah Allah memudahkan lisanku untuk senantiasa mengucap syukur. Setiap hari, setiap pekan, setiap bulan, ada saja rezeki yang datang menghampiriku. Tidak hanya berupa materi, rezeki yang kuterima juga berupa hubunganku yang semakin harmonis bersama orang-orang terdekat, khususnya suami. Pagi ini, bukan hari Sabtu biasa. Aku dan Bang Yuki (suami) sudah menjadwalkan kegiatan untuk perawatan diri bersama, yaitu melakukan facial. Perawatan facial ini sebenarnya tak lazim ya dilakukan oleh para laki-laki di keluargaku. Pertama kalinya aku tahu ada laki-laki yang mau merawat wajah ke salon selain artis atau para metroseksual lainnya, ya, sama suamiku ini. Meskipun tidak termasuk ke dalam dua golongan tadi, Bang Yuki yang macho dan berwajah sangar ini sangat peduli dengan penampilan. Dulu, di awal masa menikah, beberapa kali memang kami pergi untuk facial bersama. Kebetulan di dekat rumah memang

Ramadhan, Titik Balikku

Kalau diminta memberi ranking bulan Ramadhan kapankah yang paling berkesan dalam hidupku, Ramadhan 1441 H-lah jawabannya. Bulan suci yang bertepatan pada Mei 2020 itu jadi momen saat aku yakin bahwa ternyata aku bisa lho mengubah hidupku menjadi jauh lebih baik.  Di bulan itu aku mengikuti Camp Online Magnet Rezeki (COMR), yakni sebuah program untuk mengajak manusia kembali kepada ketauhidan. Di saat kebanyakan institusi dan organisasi sedang bingung menyikapi pandemi yang baru merebak di Indonesia 2 bulan sebelumnya, tim Magnet Rezeki hebatnya sukses menjadi pionir pengguna aplikasi Zoom yang dapat live stream langsung ke YouTube dan Facebook untuk menyajikan materinya. Program tersebut diselenggarakan full-time selama 7 hari. Pengemasannya begitu apik seolah-olah aku menghadiri seminar besar secara langsung. Acara tidak hanya dilengkapi dengan theme song yang disajikan tiap awal dan akhir sesi, tetapi juga diisi oleh beragam tokoh religi nasional seperti Ary Ginanjar Agustian, Ippho