Langsung ke konten utama

Ramadhan, Titik Balikku

Kalau diminta memberi ranking bulan Ramadhan kapankah yang paling berkesan dalam hidupku, Ramadhan 1441 H-lah jawabannya. Bulan suci yang bertepatan pada Mei 2020 itu jadi momen saat aku yakin bahwa ternyata aku bisa lho mengubah hidupku menjadi jauh lebih baik. 

Di bulan itu aku mengikuti Camp Online Magnet Rezeki (COMR), yakni sebuah program untuk mengajak manusia kembali kepada ketauhidan. Di saat kebanyakan institusi dan organisasi sedang bingung menyikapi pandemi yang baru merebak di Indonesia 2 bulan sebelumnya, tim Magnet Rezeki hebatnya sukses menjadi pionir pengguna aplikasi Zoom yang dapat live stream langsung ke YouTube dan Facebook untuk menyajikan materinya. Program tersebut diselenggarakan full-time selama 7 hari. Pengemasannya begitu apik seolah-olah aku menghadiri seminar besar secara langsung. Acara tidak hanya dilengkapi dengan theme song yang disajikan tiap awal dan akhir sesi, tetapi juga diisi oleh beragam tokoh religi nasional seperti Ary Ginanjar Agustian, Ippho Santosa, Ustadz Yusuf Mansur, Opick, serta seniorku dulu, Rendy Saputra. Sungguh aku merasa sangat beruntung bisa menjadi satu dari 4000 lebih peserta yang mengikuti program tersebut.

"Duduk, diam, rezeki datang", inilah slogan Magnet Rezeki yang menarik bagiku. Di saat kebanyakan orang tua mengajarkan anaknya untuk bekerja keras demi mendapatkan rezeki, di sini malah diajarkan sebaliknya. Namun, tentu ada syarat dan jurus-jurus yang harus kita kuasai telebih dahulu supaya Allah berkenan membuka pintu-pintu rezeki-Nya ke hadapan kita. Sedikitnya ada 25 jurus yang diajarkan dalam ilmu Magnet Rezeki. Dengan mengamalkannya, kita mampu menjadi manusia yang mudah menyedot rezeki di sekitar tanpa perlu banyak usaha. Persis seperti sebuah magnet, bukan?

Slogan tersebut nyatanya bukan sekadar teori. Selama acara berlangsung hingga jauh-jauh hari sesudahnya, beberapa kali kubaca testimoni peserta yang sukses mewujudkan duduk, diam, dan rezeki datang itu. Ada peserta yang menginginkan satu jenis makanan tetapi tidak punya kesempatan untuk membuat atau membelinya. Tak disangka, kemudian ada saja tetangga atau teman yang main ke rumahnya sambil membawakan makanan yang ia inginkan. Ada lagi peserta yang tidak punya uang untuk membiayai sekolah anaknya, padahal sudah di dekat batas akhir waktu pembayaran. Tiba-tiba, ada saja lho kenalannya yang menghubungi lalu memberikan uang sebesar yang ia butuhkan. Nah, keajaiban lain yang paling luar biasa menurutku adalah ketika seorang janda satu anak didatangi kembali oleh mantan suaminya yang sudah belasan tahun memutus silaturahmi. Lelaki yang dulu mengusir dia dan anaknya dari rumah itu rupanya datang untuk meminta maaf dan ingin kembali menjalin silaturahmi. Masya Allah ....

Walaupun aku juga ikut merasakan beberapa keajaiban dengan menerapkan jurus-jurus Magnet Rezeki, tapi aku merasa belum bisa mengalaminya secara terus menerus seperti yang dilaporkan oleh peserta lain. Kok, masalah datang lagi ... hati tak tentram lagi ... bahkan setiap mendapat persoalan baru, aku jadi merasa hal itu layak terjadi padaku, sebab aku masih belum sepenuhnya menjauhi larangan Allah. Ini seperti perasaan selalu dihukum Allah sehingga mau tidak mau takluk dengan persoalan yang bermunculan.

---

Syukurlah menjelang akhir 2021, aku dipertemukan dengan program terapi luka batin dari BehinDsign. Setelah menyimak materinya, aku jadi tahu bahwa ternyata persoalan memang akan terus bermunculan dalam hidup bila kita masih memendam luka batin di masa lalu. Selama luka tersebut tidak diobati--hanya dikubur seolah dianggap tidak pernah terjadi--selama itulah perasaan dan pikiran kita akan terjebak di masa lalu walaupun ucapan kita menginginkan kebaikan untuk masa depan. Ketidakselarasan antara pikiran, perasaan, dan ucapan inilah yang membuat afirmasi positif sulit terwujud.

Aku akhirnya mulai membuka kembali memori-memori masa lalu. Kutulis satu per satu kejadian apa saja yang pernah membuatku merasakan emosi tak nyaman: marah, takut, sedih, malu, tak layak, dan rasa bersalah. Kemudian, dengan panduan dari mentor, kuterapi satu per satu memori tersebut. Alhamdulillah dalam waktu sebulan aku berhasil berdamai dengan belasan dari 100 lebih kejadian dalam daftar.

Dari sinilah aku merasa hidupku berangsur membaik. Satu per satu persoalan yang kuhadapi hilang sendiri tanpa harus bersusah payah mencari solusinya. Hubunganku dengan orang-orang terdekat jadi sangat hangat, perilaku anak jadi sangat menyenangkan, bahkan frekuensi kambuhnya penyakit menahun suami yang selama ini menggangguku, ikut berkurang drastis, lho. Akhirnya kini, hal-hal yang sebelumnya terlihat mustahil di mataku, jadi tampak mudah untuk dilakukan.

Ternyata, aku mampu juga, ya, mendapat kemudahan dalam berbagai hal tanpa susah payah. Alhamdulillah Allah berkenan menunjukkan jalan ini kepadaku. Insya Allah, bulan Ramadhan 1443 H tahun ini akan menjadi Ramadhan keduaku yang paling berkesan.

---

NB: Di Ramadhan tahun ini, tim BehinDsign membuka Program 20 Hari Membuka Rezeki GRATIS bagi umum.

Buat kamu yang mau mengisi aktivitas Ramadhan-mu dengan kegiatan yang bermanfaat seperti ini atau sekadar mau tahu seperti apa sih, program di BehinDsign, silakan mendaftar di SINI, yaa ....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Kelas Belajar Daring selama Pandemi

Sebagaimana yang kita tahu, pandemi membawa banyak perubahan terhadap gaya hidup masyarakat saat ini, bukan? Mulai dari perilaku sosial yang tadinya gemar berkumpul, kini harus menjaga jarak, kepedulian yang meningkat terhadap kebersihan dan kesehatan, sampai sistem kerja dan sistem belajar yang sebelumnya tatap muka menjadi serba digital. Digitalisasi sistem belajar ini salah satunya memunculkan banyak pelatihan atau kelas belajar secara daring yang mudah diakses oleh siapa pun dan di mana pun ia berada. Aku menjadi salah seorang penikmat fasilitas ini semasa pandemi. Sejak resign dari pekerjaan sebagai dosen dua tahun yang lalu, aku memutuskan bahwa itulah waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi terpendam yang kumiliki. Karena selama bertahun-tahun sebelumnya aku tidak punya waktu luang untuk meningkatkan keterampilanku, maka kumanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku tuliskan hal-hal yang ingin kupelajari lebih dalam seperti keterampilan dalam bidang kepenulisan, perencana...

Efek Menyembuhkan Luka Batin dan Mental Block

Beberapa orang menanyakan perubahan apa yang saya rasakan setelah beres berdamai dengan luka batin dan mental block lewat program terapi BehinDsign. Hmm ... Baik, saya coba runut, ya .... Dulu, sumbu amarah saya pendek. Ketika anak menjatuhkan remote TV atau menumpahkan air minum, misalnya, amarah saya langsung tersulut. Meskipun tahu dia melakukannya tidak dengan sengaja, tapi kok, berat ya, mau mengerem omelan yang keluar dari mulut ini. Walaupun kesannya saya "bagak" (bernyali) di hadapan anak, tapi di hadapan orang lain di luar rumah, nyali saya ciut, apalagi kalau sudah berhadapan sama orang yang penuh amarah. Kalau sudah berurusan dengan supir travel atau kurir yang ingin mengantarkan paket ke rumah, beberapa kali saya serahkan urusan menjelaskan rute menuju rumah ke suami. Kok gitu? Iya, dulu, beberapa kali kejadian, kalau engga saya yang frustasi, kurirnya yang marah-marah. Akhirnya, setiap ada situasi serupa, saya sudah keburu berprasangka akan makan hati lagi sehing...

Terapi Mental Block melalui Analisa Tanda Tangan

27 November 2021 yang lalu saya mendaftar ke program Terapi 30 Hari behinDsign karena terdorong oleh persoalan anak. Anak saya yang berusia hampir 6 tahun saat itu setiap hari mengeluh karena merasa tidak diterima oleh teman-teman sekelasnya. Awalnya saya bisa menghadapinya dengan kepala dingin ya, tapi, karena keluhannya terus berulang setiap hari, saya sendiri yang jadi cranky. Saya malah balik memarahi anak karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Harap jangan ditiru, ya. ☹️ Jujur, ini sangat menguras emosi saya karena sebenarnya apa yang anak saya alami merupakan persoalan diri saya juga sepanjang waktu sejak saya masuk bangku sekolah hingga ke dunia kerja. Saya tidak pernah tahu bagaimana cara mengatasinya. Makanya ketika ia menceritakan hal tersebut, saya bukannya memberikan nasehat bijak untuk menenangkan perasaannya, saya justru meledak, melampiaskan kekesalan saya, karena ia seolah membuka kembali luka-luka yang sudah lama saya kubur. Kalau diingat-ingat lagi ... Du...