Langsung ke konten utama

Terapi Mental Block melalui Analisa Tanda Tangan

27 November 2021 yang lalu saya mendaftar ke program Terapi 30 Hari behinDsign karena terdorong oleh persoalan anak. Anak saya yang berusia hampir 6 tahun saat itu setiap hari mengeluh karena merasa tidak diterima oleh teman-teman sekelasnya. Awalnya saya bisa menghadapinya dengan kepala dingin ya, tapi, karena keluhannya terus berulang setiap hari, saya sendiri yang jadi cranky. Saya malah balik memarahi anak karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Harap jangan ditiru, ya. ☹️


Jujur, ini sangat menguras emosi saya karena sebenarnya apa yang anak saya alami merupakan persoalan diri saya juga sepanjang waktu sejak saya masuk bangku sekolah hingga ke dunia kerja. Saya tidak pernah tahu bagaimana cara mengatasinya. Makanya ketika ia menceritakan hal tersebut, saya bukannya memberikan nasehat bijak untuk menenangkan perasaannya, saya justru meledak, melampiaskan kekesalan saya, karena ia seolah membuka kembali luka-luka yang sudah lama saya kubur.


Kalau diingat-ingat lagi ... Duh, saya seperti seorang raja tega, ya. Sudah anak masih kecil, ada masalah, merasa sedih, tapi saat ia mengadu malah disalah-salahkan oleh ibunya sendiri. 😭


Saat mencari tahu tentang program terapi mental block dan luka batin dari behinDsign, saya menemukan satu tulisan yang sangat berkaitan dengan persoalan yang sedang saya hadapi. Tulisan itu menjelaskan bahwa persoalan anak di luar rumah dalam bentuk apapun sebenarnya merupakan cerminan pola asuh orang tuanya di dalam rumah. Anak yang di-bully di sekolah, misalnya, berarti juga secara sadar-tidak-sadar di-bully oleh orang tuanya di rumah. 


Ah ... Apakah berarti kejadian anak saya dikucilkan teman-teman sekelasnya, menandakan bahwa selama ini saya sendiri mengucilkan dirinya di rumah??


Kalau saya pikir-pikir, memang betul. Walaupun sudah tidak bekerja di ranah publik dengan alasan ingin fokus ke anak, saya ternyata masih suka mencari-cari kesibukan lain. Saat anak meminta perhatian, berkali-kali saya minta ia untuk jangan mengganggu dulu karena ada urusan yang sedang saya lakukan seperti membalas pesan, menelepon orang lain, atau mengoperasikan komputer. Intinya, ia melihat saya lebih nyaman berada di dekat gawai saya, dibandingkan berada di dekatnya. Hiks ....


Dalam tulisan yang dibuat Ahmad Sofyan Hadi, founder behinDsign tersebut, juga dijelaskan bahwa solusi untuk memperbaiki persoalan anak adalah dengan menerapi orang tuanya, bukan anaknya. Maka, saya pun bersegera mendaftar ke program terapi ini dengan niat paling lama dalam 3 bulan, saya sudah harus beres dengan mental block dan luka batin saya sendiri. Lalu, di bulan keempat, saya sudah harus mulai bisa memberikan manfaat kepada orang lain yang punya persoalan serupa dengan membantu menganalisa tanda tangan dan menerapi luka batin mereka. 


Tanggal 30 November 2021 program terapi di grup Kelas 12 pun dimulai. Sebelum terapi kami disarankan mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperbanyak membaca kitab suci agama masing-masing. Untuk peserta yang Muslim, kami melakukan solat taubat dan menamatkan Al Baqoroh dalam 3 hari lalu diulangi sampai 3 kali. Bila sudah beres, barulah kami diperbolehkan mengontak mentor untuk minta dianalisa tanda tangannya.


Saya pertama kali menyetorkan tanda tangan saya kepada mentor pada 22 Desember 2021. Alhamdulillah, tidak sampai 3 bulan dari awal program terapi dimulai, pada 25 Februari 2022, saya sudah diperbolehkan mentor saya, Pak Sofyan, untuk "naik kelas". Saya kini sudah bergabung ke grup barisan para mentor dan calon mentor behinDsign. Artinya, saya dinyatakan sudah bisa mengatasi mental block dan menyembuhkan luka batin saya dengan cukup baik. Oh iya, bentuk tanda tangan saya kini sudah berubah jauh, lho.


Kini, saya dalam misi mengumpulkan 30 tanda tangan untuk saya pelajari apa mental block maupun luka batin yang dimiliki oleh pemiliknya. Dengan membantu orang lain mengenali dirinya lebih dalam, saya berharap saya juga bisa membantu mereka memperoleh kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan akhirat.


... Lalu, anak saya?


Oh, saat ini saya lagi menunggunya pulang sekolah. Tadi pagi dia berangkat sekolah dengan ceria, menyebutkan satu per satu nama temannya yang sudah tidak sabar untuk ia temui dan diajak main bersama.



Padang, 1 Maret 2022

Puti Annisa Utari









Komentar

  1. Teh Puti, menarik banget. Aku penasaran dan pengen tahu juga, apakah masih memerlukan tandatangan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Teh May, makasih udah mampir.

      Kebetulan udah selesai analisa 30 tanda tangan buat latihan aku ini, teh. Hihi .... Buat selanjutnya aku mulai buka yang berbayar nih. Kalau mau free, bisa kukasih link untuk ikut kulzoom yang biasanya akan membahas 3 dari 25 arti simbol yang ada di tanda tangan. Boleh japri nanti ya kalau tertarik :)

      Hapus
  2. Teh Puti, ini menarik sekali. Jika mental Block yang kita alami bisa terkuak, tidak hanya mengatasi masalah sendiri, tapi juga bisa memberi solusi dan manfaat untuk orang lain. Boleh analis tandatangan saya, Teh...? 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul teh Diah. Ini juga motivasiku ikut mempelajari analisa tanda tangan ini, sih. Soalnya, mental block-ku sendiri ternyata mempengaruhi caraku memilih teman, lho. Rupanya aku lebih gampang dekat sama orang-orang yang terlihat punya masalah sama kepercayaan dirinya sendiri.

      Saat menyadari aku bisa ikhlas sama masa laluku, berarti harusnya teman-temanku juga bisa, kan? Nah ini nih yang jadi triggerku mau ikut berbagi ilmu, bahkan kalau bisa membantu mereka mengikhlaskan masa lalunya juga....

      Btw untuk analisa 30 tanda tangan buat latihan kemarin itu, udah selesai teh, hehehe .... Buat selanjutnya aku mulai buka yang berbayar. Kalau teteh mau free, bisa kukasih link untuk ikut kulzoom yang biasanya akan membahas 3 dari 25 arti simbol yang ada di tanda tangan.

      Boleh japri nanti ya kalau tertarik :)

      Hapus
  3. Teh Puti ini menarik banget, baru tau ada yang namanya ini. Tanda tangan saya kali teh boleh dianalisa hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teh Nafisah, kebetulan aku udah selesai analisa 30 tanda tangan buat latihannya :D

      Buat selanjutnya aku mulai buka yang berbayar, teh. Kalau teteh mau ikutan yang free, bisa kukasih link untuk ikut kulzoom yang biasanya akan membahas 3 dari 25 arti simbol yang ada di tanda tangan. Boleh japri nanti ya, kalau teteh tertarik :)

      Hapus
  4. Mamah Puti. Duh saya ternganga membaca tulisan Teteh, kesan pertama adalah sama seperti para Mamahs, MENARIK sekali ilmunya.

    Saya pun baru pertama kali tahu mengenai MentalBlock ini, saya kira hanya ada di film saja yang menceritakan perihal terapi yang mirip ini.

    Alhamdulillah puji syukur Mamah Puti menemukan BehinDsign untuk mengatasi masalah Teteh, jadi lebih tenang (dalam berhubungan dengan putri tercinta khususnya) dan bahagia lahir batin. :)

    ***
    Teteh, kalau tandatangannya masih belum terkumpul 30, saya mau ikut juga untuk dianalisis ya. :) Makasiiy banyak sebelum dan sesudahnya Mamah Puti. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih dah mampir teh Uril :)

      Menurutku proses terapi itu kurang lebih sama di mana-mana teh, jadi kita mesti masuk lagi ke alam bawah sadar untuk menemukan memori masa lalu yang ingin diikhlaskan, lalu menyebutkan kalimat khusus secara berulang sampai plong rasanya.

      Di sini, bedanya, kita engga menerka-nerka lagi, sumber problemnya dari mana. Bisa langsung kelihatan kejadian apa yang membekas dan pada usia berapa. Jadi lebih tepat sasaran saat melakukan terapi.

      Iya, alhamdulillah teh, bisa nemu program yang paling pas di aku :)

      Kebetulan udah selesai analisa 30 tanda tangan buat latihan aku ini, teh. Hihi .... Buat selanjutnya aku mulai buka yang berbayar nih. Kalau mau free, bisa kukasih link untuk ikut kulzoom yang biasanya akan membahas 3 dari 25 arti simbol yang ada di tanda tangan. Boleh japri nanti ya kalau tertarik :)

      Hapus
  5. Tehhh... Sejak teteh nulis di fb saya sudah penasaran.

    Ditambah lagi baca blog ini. Jadi ingin tau juga tentang BehinDsign

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini teh Dini mamah gajah dari Bukittinggi bukan? XD
      ... yang kangen kampung tapi udah keenakan menetap di Pulau Jawa... hehehe

      Boleh teh ntar bisa kukasihin link untuk ikut kulzoom BehinDsign biar tahu programnya lebih jelas bagaimana, yaa. Japri ya, teeh

      Hapus
  6. Ada benarnya memang kalau pola asuh kita juga akan mempengaruhi pola asuh kita ke anak, bersyukur kalau akhirnya bisa melalui masa-masa mental block ya teh. Tapi aku agak bertanya-tanya membaca bagian sekarang ini tanda tangan berubah, emangnya nanti dokumen legal nggak jadi masalah kalau tandatangan berubah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah teh ... aku bersyukur banget dapat jalan untuk bisa ikhlas sama masa lalu. Engga semua orang dapat rezeki bisa ketemu jalan begini, ya... Ada juga yang udah dipertemukan sama jalan seperti ini, tapi engga meresponnya dengan tepat (curcol, hahaha).

      Oh kalau soal mengatasi tanda tangan yang nantinya berubah itu, sebenarnya ada dua opsi sih teh yang bisa kita lakukan. Pertama, bagi yang memang betul2 perlu mengubah tanda tangan secara legal (bagi yang pekerjaannya mengharuskan sering membubuhkan tanda tangan), bisa mengurus ubah tanda tangan ke Dukcapil setempat. Nanti katanya akan diberikan KTP bertanda tangan baru dan surat pernyataan bahwa tanda tangan yg lama tidak berlaku lagi mulai tanggal tersebut. Jadi yang di dokumen lama ga perlu diubah semua.

      Bagi yang gak perlu sering2 membubuhkan tanda tangan bisa aja punya 2 tanda tangan. Jadi buat urusan yang harus persis tanda tangannya dengan di KTP, pakai aja tanda tangan yang lama. Untuk urusan selain itu, bisa pakai tanda tangan baru.

      Hapus
  7. Waaah baru tahu ada analisa tanda tangan... aku nggak berani tanda tanganku dianalisa, takut ketahuan belangnya semua ihihihi. Tapi bersyukur ya teh ada jalan keluar buat hubungan teteh dan anaknya juga. Semoga ke depan perkembangan anak-anak kita lancar semua. amin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efek Menyembuhkan Luka Batin dan Mental Block

Beberapa orang menanyakan perubahan apa yang saya rasakan setelah beres berdamai dengan luka batin dan mental block lewat program terapi BehinDsign. Hmm ... Baik, saya coba runut, ya .... Dulu, sumbu amarah saya pendek. Ketika anak menjatuhkan remote TV atau menumpahkan air minum, misalnya, amarah saya langsung tersulut. Meskipun tahu dia melakukannya tidak dengan sengaja, tapi kok, berat ya, mau mengerem omelan yang keluar dari mulut ini. Walaupun kesannya saya "bagak" (bernyali) di hadapan anak, tapi di hadapan orang lain di luar rumah, nyali saya ciut, apalagi kalau sudah berhadapan sama orang yang penuh amarah. Kalau sudah berurusan dengan supir travel atau kurir yang ingin mengantarkan paket ke rumah, beberapa kali saya serahkan urusan menjelaskan rute menuju rumah ke suami. Kok gitu? Iya, dulu, beberapa kali kejadian, kalau engga saya yang frustasi, kurirnya yang marah-marah. Akhirnya, setiap ada situasi serupa, saya sudah keburu berprasangka akan makan hati lagi sehing

🍂 Kamu Tipe SECURE atau INSECURE? 🍂

Bagaimana mungkin kamu berharap orang lain dapat mencintaimu bila kamu tidak mampu mencintai dirimu sendiri? Bagaimana pula kamu dapat mencintai dirimu sendiri bila semasa kecil kamu tidak mendapat kasih sayang yang cukup dari orang tuamu? 🍂 Kawan, hal ini ibarat LINGKARAN SETAN. Jika kita merasa secure dengan kasih sayang orang tua saat kecil, maka nantinya kita juga akan merasa secure dengan lawan jenis yang menjadi pasangan kita.  Sebaliknya, jika kita merasa insecure dengan kasih sayang orang tua saat kecil, maka nantinya kita akan merasa insecure pula dengan pasangan. 🍂  Setiap orang dewasa yang berada dalam sebuah hubungan setidaknya memiliki 1 dari 3 tipe kelekatan berikut: 1. SECURE Orang yang mampu memiliki hubungan yang hangat, intim, dan sehat dengan pasangannya.  2. ANXIOUS Orang yang mudah khawatir dengan hubungannya. Ia suka merasa dirinya kurang bagi pasangannya. Ia pun selalu mempertanyakan apakah pasangannya mencintainya.   Kecemasan ini tak jarang akan m

Mengurus KTP Hilang

Mengurus aneka administrasi di dinas pemerintah daerah adalah ketakutanku, dulu. Bermula dari beberapa pengalaman membuat paspor, SIM, surat izin penelitian, kartu kuning, surat keterangan sehat, dan lain-lain yang tidak bisa dituntaskan dalam satu jam atau kurang. Ada yang menghabiskan waktu seharian penuh, ada yang harus kembali lagi keesokan harinya, yang paling parah adalah ketika aku cuma di tahap meminta tanda tangan dari kepala dinas pendidikan di salah satu kota untuk memberikan izin penelitian di beberapa SD negeri di sana, aku harus bolak-balik lebih dari sepekan sampai akhirnya tanda tangan itu kuterima.  Allahu akbar! Kalau bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah? Wajar dong mereka bekerja dengan santai, 'kan tidak ada pesaingnya. Coba aja kalau sampai muncul lembaga swasta yang bisa mengurus ini dengan lebih cepat dan lebih baik, pasti kelabakan mereka! Itulah uneg-uneg yang biasa kugunjingkan dengan siapapun yang saat itu sedang menemaniku mengurus administrasi. Sem