Langsung ke konten utama

Bullet Journaling untuk Menata Pikiran

Di bulan November ini aku mulai ngebujo alias bullet journaling lagi, nih, setelah stop selama 2 tahun lebih 🤭. Bedanya, kali ini aku mencoba bikin bujo yang dihiasi aneka gambar dan lebih berwarna-warni. Ternyata, seru juga, lo!

Ngomong-ngomong, kamu tahu gak, bullet journaling itu apa? 

Bullet journaling itu pada dasarnya merupakan salah satu teknik menulis jurnal harian dengan menggunakan bullet atau tanda titik sebagai penanda poin-poinnya. 

Kamu pernah gak, bikin to do list di buku agendamu? Kamu menuliskan daftar beberapa kegiatan yang harus kamu lakukan di hari itu, lalu mencoretnya bila sudah selesai. Nah, itulah bujo dalam bentuk sederhana.

Kini gaya penulisan bujo sendiri sudah mengalami banyak perkembangan, sampai-sampai (menurutku) jadi satu cabang kreativitas tersendiri. Coba deh, lihat banyaknya kreasi bujo di dunia digital hingga perkembangan komunitasnya. Aneka doodle, stiker, bahkan washi tapes membuat bujo mereka menjadi lebih unik dan menarik.

Sumber: https://www.instagram.com/p/CWQMX2NJ2dD/?utm_medium=copy_link

Sumber: https://www.instagram.com/p/CUSXl-uKOFd/?utm_medium=copy_link

Sumber: https://www.instagram.com/p/CVfptjUK-P-/?utm_medium=copy_link

Isi buku bujo yang tadinya hanya sekedar poin-poin daftar kegiatan harian juga kini berkembang jadi semakin bervariasi. Beberapa orang menuliskan habit tracker yang bisa digunakan untuk melihat seberapa sering mereka melakukan suatu kebiasaan dalam satu bulan. Ada juga orang yang menuliskan budget tracker untuk mengetahui berapa besar pengeluaran bulanan mereka. Selain dua hal tersebut, aku sendiri menambahkan halaman gratitude log untuk menulis hal-hal apa saja yang membuatku bersyukur di setiap harinya dalam satu bulan. Intinya sih, kita bisa menambahkan apa pun yang ingin kita buat di buku bujo kita.


Buatku sendiri, bujo sangat membantu untuk menenangkan pikiran. Sebagai seorang thinking introvert yang pikirannya tidak pernah diam, menuliskan hal-hal yang harus kukerjakan dalam satu hari sangat membantuku. Ibaratnya aku bisa memindahkan sebagian besar beban pikiran dari kepalaku ke atas kertas. Lega!

Dengan menuliskan daftar kegiatanku secara rapi di buku agenda dalam jangka waktu harian, mingguan, bahkan bulanan, aku merasa aktivitasku juga dapat berjalan secara lebih teratur. Segala deadline pekerjaan bisa terlihat dengan nyata di atas kertas sehingga aku bisa mengatur jadwal kapan mau menyicil dan menuntaskan pekerjaan tersebut. Ini juga bisa berlaku untuk menentukan langkah dalam usaha mencapai target-target hidupku. 

Bagi kamu yang juga tipe pemikir apalagi sibuk dengan beragam aktivitas di ranah keluarga dan publik, mungkin bisa mencoba membuat bullet journal untuk membantu menata isi pikiranmu, ya.

Komentar

  1. Aku juga baru mulai ngebujo sederhana teh. Mau diwarnain atau buat doodlinge gak sempet :)) padahal seru juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, iya, seru teh, hehe. Bisa dicoba pas ada waktu luang, teh Andina. Bisa juga dengan sengaja luangin waktu di akhir pekan buat mendesain bujo untuk pekan berikutnya.

      Tapi kalau mau minimalis pun banyak kok teh yg begitu. Nah, jadi dapat ide bikin tulisan bujo minimalis, 'kan. Hahaha

      Hapus
  2. Akupun baru mulai serius ngebujo ternyata ada teknik nya supaya lebih sistematis dan terstruktur ya. Bujo membuat hidupku lebih bahagia wkwkwkw..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyiiikk ... mau intip bujo teh Rahma, dong... Bisa lihat di mana, nih?

      Hapus
  3. Wah menggemaskan sekali ya cara-cara berkreasi dalam membuat bujo. Sejak era internet hadir, saya sudah banyak meninggalkan 'menulis di buku', semua sudah saya taro di excel untuk nge-list sesuatu atau goal weekly, monthly hingga yearly.

    Tapi membaca tulisan Puti, saya baru tahu bahwa kegiaatan journaling dengan buku, masih ada. Terakhir saya begini, ya pas SMA ehehe.

    Jadi kepingin melakukannya lagi.

    Makasiiy ya Puti atas infonya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, teh Uril. Iya nih, di circle pertemananku juga aku belum nemu yang suka bikin bujo, teh. Aku sendiri lupa, dulu kenal bujo dari mana, ya? Sepertinya ngga sengaja nemu waktu browsing di facebook/youtube, deh. Kelihatannya masih sedikit yang tahu, ya

      Hapus
  4. Bujo ini harus ditulis manual di buku ya? Ada gak Bujo digital? Sekarang ini aku juga pake to do list tapi semua pakai di kalender aja semuanya. Kalau beli buku udah pasti cuma diisi beberapa hari, lalu dilupakan, hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, jadi googling aku, teh. Hihihi ....

      Kebetulan nemu nih, di salah satu artikel di Glints.com tentang tools buat bikin digital bullet journal. Salah satunya pakai Microsoft One Note yang kalau ga salah pernah dibahas di grup, ya. Tools lainnya adalah Evernote, Taskade, Todoist, Dynalist, dan Notion.

      Aku sendiri baru pernah coba One Note, teh, tapi selama ini untuk nulis cerita atau diary di sana. Belum pernah coba bikin agenda seperti Bujo.

      Hapus
  5. Saya suka menulis to do list, budget list, shopping list, dan segala daftar lainnya dalam buku agenda, namun baru tahu ternyata itu namanya bullet journalling ya? Biasanya tapi saya menulis sederhana saja sih, menggunakan pulpen dan paling mentok menggunakan spidol.

    Menuliskan apa pun yang ada di pikiran tentang hal-hal yang harus dilakukan itu menurut saya memang penting banget sih. Soalnya kalau membiarkan semua di kepala malah membuat mumet dan malah jadi tidak paham mana yang harus dilakukan terlebih dahulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul bangeet,, mungkinkah kita setipe, teh? Pas banyak kerjaan yang harus dikerjain, bawaannya uring-uringan. Hehe ....

      Wah makasih udah share, teh

      Hapus
  6. Teh Yuki, aku baru tahu ada istilah nge-bujo, lucu hehe.

    Aku suka beli notebook gini, dah niat macam-macam tapi lalu terlupakan. Kayanya musti nyobain bujo ini deh, resolusi 2022 ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asiik, sama teh, aku pun dulunya kolektor notebook lucu-lucu, tapi isi di dalamnya ya gak rapi dan estetik. Kadang belum habis yang satu, udah beli lagi yg baru. Begitu kenal Bujo, terus lihat karya para pembuatnya, jadi pingin mengeksploitasi notebook2 lucu itu dengan lebih baik dan benar. Hehehe

      Tapi, sampai sekarang aku masih pegang 2 notebook, kok. Satu untuk segala tulisan dan coretan yang gak beraturan, satu lagi yang lebih rapi untuk bujo :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Kelas Belajar Daring selama Pandemi

Sebagaimana yang kita tahu, pandemi membawa banyak perubahan terhadap gaya hidup masyarakat saat ini, bukan? Mulai dari perilaku sosial yang tadinya gemar berkumpul, kini harus menjaga jarak, kepedulian yang meningkat terhadap kebersihan dan kesehatan, sampai sistem kerja dan sistem belajar yang sebelumnya tatap muka menjadi serba digital. Digitalisasi sistem belajar ini salah satunya memunculkan banyak pelatihan atau kelas belajar secara daring yang mudah diakses oleh siapa pun dan di mana pun ia berada. Aku menjadi salah seorang penikmat fasilitas ini semasa pandemi. Sejak resign dari pekerjaan sebagai dosen dua tahun yang lalu, aku memutuskan bahwa itulah waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi terpendam yang kumiliki. Karena selama bertahun-tahun sebelumnya aku tidak punya waktu luang untuk meningkatkan keterampilanku, maka kumanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku tuliskan hal-hal yang ingin kupelajari lebih dalam seperti keterampilan dalam bidang kepenulisan, perencana...

Efek Menyembuhkan Luka Batin dan Mental Block

Beberapa orang menanyakan perubahan apa yang saya rasakan setelah beres berdamai dengan luka batin dan mental block lewat program terapi BehinDsign. Hmm ... Baik, saya coba runut, ya .... Dulu, sumbu amarah saya pendek. Ketika anak menjatuhkan remote TV atau menumpahkan air minum, misalnya, amarah saya langsung tersulut. Meskipun tahu dia melakukannya tidak dengan sengaja, tapi kok, berat ya, mau mengerem omelan yang keluar dari mulut ini. Walaupun kesannya saya "bagak" (bernyali) di hadapan anak, tapi di hadapan orang lain di luar rumah, nyali saya ciut, apalagi kalau sudah berhadapan sama orang yang penuh amarah. Kalau sudah berurusan dengan supir travel atau kurir yang ingin mengantarkan paket ke rumah, beberapa kali saya serahkan urusan menjelaskan rute menuju rumah ke suami. Kok gitu? Iya, dulu, beberapa kali kejadian, kalau engga saya yang frustasi, kurirnya yang marah-marah. Akhirnya, setiap ada situasi serupa, saya sudah keburu berprasangka akan makan hati lagi sehing...

Terapi Mental Block melalui Analisa Tanda Tangan

27 November 2021 yang lalu saya mendaftar ke program Terapi 30 Hari behinDsign karena terdorong oleh persoalan anak. Anak saya yang berusia hampir 6 tahun saat itu setiap hari mengeluh karena merasa tidak diterima oleh teman-teman sekelasnya. Awalnya saya bisa menghadapinya dengan kepala dingin ya, tapi, karena keluhannya terus berulang setiap hari, saya sendiri yang jadi cranky. Saya malah balik memarahi anak karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Harap jangan ditiru, ya. ☹️ Jujur, ini sangat menguras emosi saya karena sebenarnya apa yang anak saya alami merupakan persoalan diri saya juga sepanjang waktu sejak saya masuk bangku sekolah hingga ke dunia kerja. Saya tidak pernah tahu bagaimana cara mengatasinya. Makanya ketika ia menceritakan hal tersebut, saya bukannya memberikan nasehat bijak untuk menenangkan perasaannya, saya justru meledak, melampiaskan kekesalan saya, karena ia seolah membuka kembali luka-luka yang sudah lama saya kubur. Kalau diingat-ingat lagi ... Du...